Faktor utama kegiatan berinovasi di semua bidang kehidupan adalah sumber daya manusia (OECD, 2018). Inovasi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang kreatif dan inovatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang seperti itu hanya dapat dimunculkan atau dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan inovasi (Shapiro dkk., 2007). Pendidikan di era sekarang ini dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif yang akan menggerakkan inovasi di berbagai bidang kehidupan. Untuk tujuan tersebut, proses pendidikan tidak lagi cukup sebagai proses transfer pengetahuan, melainkan proses pengembangan kreativitas peserta didik. Perubahan orientasi tersebut membutuhkan inovasi-inovasi dalam praktiknya di lapangan.
Ada tiga ide utama berkaitan dengan inovasi di bidang pendidikan yaitu (1) menciptakan cara baru untuk membuat siswa terlibat dalam aktivitas belajar mandiri; (2) menciptakan cara baru mengorganisasikan sekolah; dan (3) membangun infrastruktur sekolah. Aspek pendidikan yang bersentuhan langsung dengan peserta didik adalah proses belajar dan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas terutama SDM yang kreatif dan inovatif, kualitas proses belajar dan pembelajaran harus ditingkatkan secara terus menerus melalui berbagai macam pembaharuan secara berkelanjutan. Pembaharuan terhadap proses pembelajaran inilah yang disebut dengan inovasi pembelajaran. Inovasi dalam hal teori dan praktek belajar dan pembelajaran seharusnya menjadi fokus utama inovasi pendidikan (Serdyukov, 2017).
Inovasi pembelajaran merupakan topik yang menjadi fokus pembahasan dalam buku ini. Inovasi pembelajaran tentu lebih sempit dibandingkan inovasi pendidikan. Untuk memperjelas apa itu inovasi pembelajaran, istilah pembelajaran itu sendiri akan didefinisikan terlebih dahulu. Istilah pembelajaran ini berbeda dengan istilah pengajaran. Kedua istilah itu memliki makna yang berbeda. Perbedaan makna antara keduanya dikarenakan perbedaan dalam mendefinisikan belajar. Paling tidak ada dua pandangan yang berbeda tentang belajar, yaitu pandangan menurut teori behaviorisme dan pandangan menurut teori konstruktivisme.
Behaviorisme dan konstruktivisme memiliki pandangan yang berbeda tentang belajar dan pembelajaran. Menurut pandangan behaviorisme, belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari adanya stimulus dan respon. Istilah pengajaran seringkali dipakai untuk kegiatan belajar menurut pandangan behaviorisme. Pengajaran didefinisikan sebagai kegiatan pemberian instruksi atau informasi (stimulus) oleh pengajar kepada pembelajar untuk mengubah perilaku (respon) mereka. Sementara menurut pandangan konstruktivisme, belajar didefinisikan sebagai proses pengkonstruksian (pembangunan) pengetahuan di dalam pikiran siswa. Istilah pembelajaran banyak digunakan oleh para penganut teori belajar konstruktivisme. Pembelajaran didefinisikan sebagai kegiatan memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para pembelajar. Pembelajaran yang dimaksudkan di dalam buku ini merujuk kepada istilah pembelajaran yang dikemukakan oleh para penganut konstruktivisme.
Ketika kata inovasi dipadukan dengan kata pembelajaran maka terbentuklah istilah baru yaitu inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran bersifat lebih spesifik dibandingkan dengan kata inovasi yang berdiri sendiri. Inovasi pembelajaran hanya berlaku pada kegiatan pembelajaran saja yang berbeda dengan inovasi pada bidang lain. Secara sederhana, inovasi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kegiatan memperbaharui semua komponen pembelajaran untuk meningkatkan kualitas semua komponen tersebut sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan lebih efisien.
Pembelajaran mengandung tiga komponen utama yaitu aktivitas pembelajaran, sumber belajar, dan pendukung pembelajaran. Aktivitas pembelajaran merupakan segala bentuk kegiatan interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan sumber belajar dan lingkungan di sekitarnya. Sumber belajar sendiri dapat diartikan sebagai segala macam bentuk bahan yang mengandung materi pelajaran yang sedang dipelajari dan dikuasai siswa. Sementara pendukung pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat melancarkan atau memudahkan keseluruhan proses pembelajaran. Inovasi pembelajaran dapat dilakukan pada semua komponen itu.
Inovasi pembelajaran yang dimaksud di dalam buku ini meliputi dua kegiatan utama yaitu kegiatan pengembangan produk inovasi pembelajaran dan kegiatan penerapan produk tersebut di lingkungan sebenarnya. Kegiatan pengembangan dilakukan untuk menghasilkan produk inovasi pembelajaran yang memiliki nilai kebaruan (novelty) atau bersifat inovatif. Misalnya seorang peneliti pendidikan mengembangkan suatu lingkungan pembelajaran menggunakan teknologi augmented reality yang mana lingkungan pembelajaran seperti itu belum ada sebelumnya.
Sementara itu, kegiatan penerapan produk inovasi pembelajaran dilakukan untuk memperbaharui proses pembelajaran di lapangan yang sesungguhnya (misalnya di ruang kelas) sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut. Contohnya, seorang dosen ingin meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran. Setelah dianalisisnya, kurangnya partisipasi mahasiswa selama ini disebabkan model pembelajarannya yang masih berpusat pada aktivitas dosen yaitu model pembelajaran ekspositori (didominasi ceramah dosen). Dia kemudian memutuskan untuk mengubah suasana belajar dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan dosen yang menerapkan model pembelajaran tersebut merupakan contoh kegiatan penerapan inovasi pembelajaran.
Pengembangan dan penerapan produk inovasi pembelajaran sama-sama penting. Pengembangan produk inovasi pembelajaran menjadi sia-sia kalau produk itu tidak diterapkan untuk memperbaharui, memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Begitu juga kegiatan penerapan produk inovasi pembelajaran juga kering tanpa adanya pengembangan produk inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, kedua kegiatan tersebut harus dilakukan secara semua secara beriringan. Keunggulan produk inovasi pembelajaran yang telah dikembangkan dapat diterapkan untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. Begitu juga, kelemahan dan kekurangan penerapan inovasi pembelajaran di kelas dapat menjadi sumber atau dasar untuk melaksanakan inovasi pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan pengembangan dan penerapan inovasi pembelajaran dilakukan oleh seorang inovator. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan inovator sebagai orang yang memperkenalkan gagasan, metode, dan sebagainya yang baru. Inovator dapat pula didefinisikan sebagai orang yang menghadirkan ide atau gagasan baru dalam rangka mengubah, memperbaiki, atau meningkatkan kualitas sesuatu. Inovator yang melakukan inovasi pada aspek pembelajaran dapat disebut sebagai inovator pembelajaran. Dalam pembahasan buku ini, inovator pembelajaran dibedakan menjadi dua kategori yaitu inovator primer dan inovator sekunder.
Inovator primer adalah orang yang menciptakan ide baru untuk menghasilkan teknologi pembelajaran yang inovatif. Inovator primer melaksanakan kegiatan pengembangan produk inovasi pembelajaran. Inovato primer ini meliputi para peneliti atau perekayasa yang melakukan penelitian, perekayasaan, dan pengembangan teknologi pembelajaran untuk menciptakan produk-produk pembelajaran yang inovatif yang sama sekali baru dan berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Inovator primer memfokuskan kegiatannya dalam menciptakan inovasi pembelajaran yang berlaku umum.
Sementara itu, inovator sekunder disebut demikian karena mereka tidak langsung menciptakan hal baru dalam memperbaharui pembelajaran. Mereka hanya menerapkan produk-produk inovatif yang telah dihasilkan inovator primer untuk memperbaharui proses pembelajaran yang bersifat praktis dan spesifik di kelasnya masing-masing. Inovator kategori ini juga dapat disebut sebagai implementator. Implementator melakukan inovasi dengan melakukan kegiatan pembaharuan pembelajaran atau pelatihan yang diselenggarakannya di kelasnya masing-masing. Mereka tidak menciptakan produk baru yang inovatif, melainkan menerapkan dan memanfaatkan produk inovatif untuk memperbaharui proses pembelajaran di kelas mereka masing-masing. Mereka dapat dikategorikan sebagai inovator karena juga melakukan pembaharuan-pembaharuan pada praktik pembelajaran di kelas masing-masing. Inovator yang termasuk ke dalam kategori ini meliputi guru, dosen, widyaiswara, serta para pelatih pada pendidikan non-formal.
Kedua kategori inovator di atas dapat bekerja sendiri-sendiri maupun berkolaborasi. Inovator primer dapat melakukan penelitian-penelitian mendalam dengan cara menelaah masalah umum pembelajaran, memeriksa teori-teori terbaru dan relevan untuk mendapatkan solusi inovatif, lalu menindaklanjuti gagasan tersebut dengan merekayasa dan merancang produk inovasi pembelajaran yang benar-benar baru yang berbeda dengan produk inovasi pembelajaran sebelumnya. Produk inovasi dari inovator primier dapat berupa model pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana, atau teknik asesmen yang memiliki nilai kebaruan serta berbeda dengan produk inovasi sebelumnya.
Inovator sekunder juga dapat bekerja sendiri dengan menerapkan hasil inovasi yang telah dihasilkan inovator primer seperti yang disebutkan di atas. Seorang guru dapat memperbaharui proses pembelajarannya dengan cara menerapkan model atau metode pembelajaran baru yang telah dikembangkan oleh inovator primer. Tentu saja kegiatan penerapan tersebut tidak dilakukan secara sembarangan saja. Perlu dilakukan identifikasi masalah terlebih dahulu untuk menentukan strategi pembelajaran mana yang ingin diterapkan. Inovasi yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik pembelajar, serta kondisi sarana dan prasarana yang ada. Ketidaksesuaian antara tujuan pembelajaran dengan inovasi strategi pembelajaran yang diterapkan bukannya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melainkan malah membuat kebingungan para pembelajar. Oleh karena itu, walaupun terlihat mudah, pekerjaan inovator sekunder tetap saja membutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu serta pertimbangan-pertimbangan yang matang.
Pada momen-momen tertentu, inovator primer dan inovator sekunder dapat bekerjasama dan berkolaborasi melakukan inovasi secara bersama-sama. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk mendapatkan produk teknologi pembelajaran yang inovatif sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran di tempat kegiatan inovasi tersebut dilakukan. Inovator primer dapat mengumpulkan data dari inovator sekunder dalam rangka melakukan analisis kebutuhan pembelajaran secara umum. Dengan menggunakan pengetahuan teoritisnya, inovator primer dapat memunculkan dan menyediakan gagasan-gagasan inovatifnya. Sementara itu, inovator sekunder menyediakan tempat untuk menguji coba gagasan inovatif tersebut sekaligus memberikan masukan atau umpan balik terhadap gagasan inovatif yang sedang diujicobakan.