Kegiatan inovasi pembelajaran hanya akan mendatangkan manfaat ketika produk-produk inovasi pembelajaran yang telah berhasil dikembangkan diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran di lapangan. Penerapannya dapat menggunakan berbagai prosedur yang sudah sering dilakukan selama ini, seperti penelitian tindakan kelas (PTK) atau lesson study. Kedua prosedur tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Perbaikan itu dapat dilakukan dengan cara menghadirkan hal-hal baru di dalam pembelajaran. Kegiatan menghadirkan hal-hal baru itulah yang dikategorikan sebagai inovasi pembelajaran.
Inovasi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara berkelanjutan. Tahap-tahap pelaksanaannya dapat dilakukan secara berulang-ulang sehingga membentuk suatu siklus penerapan inovasi pembelajaran seperti yang sering direkomendasikan dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Pada bab ini akan diuraikan siklus inovasi pembelajaran beserta tahapan-tahapan di dalamnya. Siklus dan tahapannya ini diadopsi dari kerangka pikir PTK dari beberapa pakar seperti Lewin, Elliot, Kemmis dan Taggart yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi (Wiriaatmadja, 2007).
Penerapan inovasi pembelajaran dilakukan oleh inovator sekunder atau para pengajar, baik itu guru maupun dosen. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menerapkan inovasi pembelajaran adalah melakukan persiapan. Kegiatan persiapan dimulai dengan mengidentifikasi masalah pembelajaran yang menjadi alasan kenapa inovasi pembelajaran harus dilakukan. Langkah berikutnya adalah menganalisis konteks pembelajaran. Telaah literatur perlu dilakukan setelahnya untuk mencari tahu bentuk inovasi pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan pembelajaran sekaligus sesuai dengan konteks pembelajaran.
Tujuan melakukan inovasi pembelajaran adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses sekaligus hasil pembelajaran tersebut. Agar perbaikan tersebut efektif, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi setepat mungkin permasalahan seperti apa yang muncul dalam pembelajaran selama ini. Masalah pembelajaran didefinisikan sebagai kesenjangan atau ketidaksesuaian antara kondisi nyata pembelajaran di lapangan dengan kondisi ideal yang diharapkan atau dengan standar yang telah ditetapkan. Misalnya, idealnya hasil belajar mayoritas para pembelajar itu mencapai persentase penguasaan minimal 70% (bahkan idealnya 100%) dari keseluruhan materi pelajaran. Kalau kenyataannya persentase itu belum tercapai, berarti pembelajaran tersebut masih bermasalah. Masalah seperti itulah yang hendaknya diselesaikan melalui inovasi pembelajaran.
Masalah pembelajaran yang diatasi melalui kegiatan inovasi pembelajaran adalah masalah yang bersifat klasikal, yaitu masalah yang dialami oleh mayoritas atau sebagian besar (lebih dari 50%) para pembelajar. Contohnya, mayoritas siswa di suatu kelas mendapat skor di bawah skor minimal yang ditetapkan. Contoh lain misalnya sebagian besar siswa memiliki minat yang rendah terhadap topik pelajaran atau mata pelajaran tertentu. Masalah klasikal lainnya dapat berupa rendahnya keterlibatan hampir semua mahasiswa ketika mengikuti mata kuliah tertentu.
Identifikasi masalah pembelajaran diawali dengan kegiatan pengumpulan data tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah diselenggarakan selama ini. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui metode observasi, wawancara, tes, atau penyebaran angket. Observasi tentu dilakukan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui seperti apa sikap, perilaku, tindakan, serta ucapan para pembelajar selama pembelajaran berlangsung. Sementara wawancara dapat dilakukan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung atau setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Wawancara terutama dilakukan terhadap para pembelajar. Tes adalah kegiatan pemberian soal kepada para pembelajar untuk mengetahui sejauhmana penguasaan mereka terhadap materi pelajaran. Penyebaran angket dapat dilakukan untuk mengetahui sikap, tanggapan, atau persepsi, para pembelajar terhadap proses pembelajaran.
Data yang telah terkumpul kemudian dievaluasi dan direfleksi untuk menemukan seperti apa permasalahan yang muncul pada pembelajaran selama ini. Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur, menilai, dan memutuskan keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Sementara refleksi adalah kegiatan memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui kelemahan atau kekurangannya. Refleksi dapat dilakukan dengan menggunakan ingatan, catatan harian, rekaman serta berbagai dokumen hasil evaluasi.
Masalah pembelajaran dapat difokus pada para pembelajar. Masalah ini dapat berupa hasil belajar, minat, atau motivasi belajar mereka yang rendah. Hasil belajar yang rendah tersebut dapat dirinci lagi, apakah pada aspek pengetahuan, sikap atau keterampilan. Setiap aspek tersebut dapat dirinci lagi bagian mana yang rendah. Pada aspek pengetahuan, jenis pengetahuan mana yang masih rendah, atau materi pelajaran yang mana yang hasilnya masih rendah. Begitu juga pada aspek sikap, identifikasinya dapat dispesifikkan lagi, sikap yang mana yang masih rendah. Apakah sikap peduli, percaya diri, tanggung jawab, jujur, dan lain sebagainya. Hal yang sama juga berlaku pada aspek keterampilan, identifikasi juga dapat dispesifikkan, keterampilan yang mana yang masih rendah.
Setelah permasalahan pembelajaran berhasil diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menganalisis akar permasalahan tersebut. Analisis ini penting dilakukan untuk mengetahui apa saja faktor penyebab munculnya permasalahan tersebut. Misalnya, masalah yang muncul adalah mayoritas siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran. Analisis akar permasalahan dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan siswa kurang berminat itu. Mungkin setelah dianalisis penyebabnya ternyata adalah metode pembelajarannya monoton, media pembelajarannya tidak menarik, atau bahan ajarnya sulit dipahami. Hasil analisis akar permasalahan seperti itu sangat dibutuhkan untuk menentukan seperti apa bentuk inovasi pembelajaran yang akan diterapkan nantinya.
Akar permasalahan pembelajaran dapat ditelusuri dengan memeriksa komponen-komponen pembelajaran. Komponen pembelajaran yang harus diperiksa mulai dari aktivitas pembelajaran (meliputi model, metode, atau teknik pembelajaran), sumber belajar (misalnya bahan ajar cetak), serta komponen pendukung pembelajaran (misalnya media pembelajaran). Model atau metode pembelajaran yang kurang tepat bisa menjadi akar permasalahan yang menyebabkan hasil belajar para pembelajar menjadi rendah. Bahan ajar yang tidak sesuai dengan karakteristik pembelajar juga dapat menjadi akar permasalahan pembelajaran. Media pembelajaran yang tidak menarik juga dapat menjadi akat penyebab masalah rendahnya minat dan motivasi belajar para pembelajar
Setelah akar permasalahan berhasil ditemukan, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah pembelajaran dengan menyatakannya dalam bentuk kalimat tanya. Kalau akar permasalahannya adalah media pembelajaran yang tidak menarik, maka rumusan masalah pembelajarannya dapat dibuat seperti ini, “media pembelajaran seperti apa yang dapat meningkatkan minat belajar siswa?” Sementara kalau akar permasalahannya adalah metode pembelajarannya yang monoton, maka rumusan masalah pembelajarannya adalah “seperti apa metode pembelajaran yang tidak terasa monoton bagi siswa?” Rumusan masalah harus dinyatakan sejelas mungkin agar dapat dijadikan sebagai panduan dalam mencarikan solusi penyelesaiannya.
Pada bab 7 sudah diuraikan bahwa salah satu kriteria keberhasilan kegiatan inovasi pembelajaran adalah efektivitas. Efektivitas penerapan inovasi pembelajaran ditunjukkan oleh ketercapaian tujuan pembelajaran setelah dilaksanakannya kegiatan inovasi pembelajaran. Semakin tinggi tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran, semakin tinggi tingkat efektivitas pembelajaran tersebut. Salah satu yang menentukan efektivitas pembelajaran adalah kesesuaian bentuk inovasi pembelajaran yang diterapkan dengan konteks yang terkait dengan pembelajaran tersebut.
Setelah masalah pembelajaran berhasil diidentifikasi dan dirumuskan pada langkah sebelumnya, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis berbagai konteks pembelajaran. Analisis ini sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa bentuk inovasi pembelajaran yang akan diterapkan nantinya sesuai dengan konteksnya. Paling tidak konteks pembelajaran yang harus dianalisis adalah kompetensi yang hendak dicapai, karakteristik materi pelajaran yang akan dibelajarkan, karakteristik para pembelajar, sarana dan prasarana yang tersedia, serta kondisi lingkungan tempat pembelajaran tersebut diselenggarakan.
Konteks pembelajaran yang pertama kali harus dianalisis adalah kompetensi yang hendak dicapai. Kompetensi adalah kemmpuan yang harus dimiliki oleh para pembelajar agar mereka dapat melakukan suatu aktivitas, kegiatan, atau pekerjaan yang sesuai dengan standar. Kemampuan ini meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut harus dianalisis terlebih dahulu sebelum memutuskan bentuk inovasi pembelajaran yang akan dilakukan. Inovasi pembelajaran akan efektif jika sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Analisis konteks pembelajaran selanjutnya berkaitan dengan karakteristik materi pelajaran. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui seperti bentuk, komponen penyusun, kedalaman, keluasan, serta urutan penyajian materi pelajaran. Bentuk materi pelajaran dapat bersifat konkret, abstrak, atau kombinasi keduanya. Kedalaman materi pelajaran dapat bersifat dangkal atau sangat dalam. Keluasan materi pelajaran dapat bersifat sempit atau malah sangat luas. Materi pelajaran yang berbeda karakteristiknya tentu berbeda pula bentuk inovasi pembelajarannya.
Analisis berikutnya yang harus dilakukan tentunya terkait dengan karakteristik pembelajar. Pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif kalau sesuai dengan karakteristik para pembelajar. Hal-hal yang harus dianalisis dari para pembelajar meliputi pengetahuan awal, tingkat atau kemampuan berpikir, kondisi emosional, pengalaman, dan lain sebagainya. Semakin detil karakteristik pembelajar dapat dikenali, semakin mudah menentukan bentuk inovasi pembelajaran yang sesuai untuk mereka. Pengalaman para pengajar berinteraksi dengan para pembelajar dapat memudahkan dalam menganalisis karakteristik mereka.
Ketersediaan sarana dan prasarana juga harus dianalisis agar inovasi pembelajaran yang akan dilaksanakan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang perlu dipastikan ketersediaannya misalnya buku referensi, bahan ajar, ruang kelas, ruang laboratorium, alat dan bahan di laboratorium. Apabila sarana dan prasarana yang menajdi masalah, maka sarana dan prasarana itulah yang dapat dijadikan fokus kegiatan inovasi pembelajaran. Pengadaan sarana dan prasarana alternatif merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran.
Kondisi lingkungan pembelajaran hendaknya juga dianalisis sebelum merancang inovasi pembelajaran. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui seperti apa lingkungan pembelajaran tempat inovasi pembelajaran akan diterapkan. Analisis ini dilakukan pada lingkungan di dalam kelas maupun lingkungan di luar kelas. Lingkungan sekolah di pedesaan, misalnya, masih dikelilingi banyak pepohonan, terdapat kolam atau sungai, dan lain sebagainya. Sementara lingkungan sekolah di perkotaan malah dikelilingi oleh gedung-gedung dan pemukimanan. Bentuk inovasi pembelajaran untuk lingkungan di pedesaan yang masih alami tentu berbeda dengan bentuk inovasi pembelajan di lingkungan perkotaan.
Setelah permasalahan pembelajaran berhasil diidentifikasi, langkah berikutnya adalah mencari dan menentukan solusi unovatif untum memecahkannya. Solusi inilah yang akan menjadi bentuk inovasi pembelajaran. Pencarian solusi pembelajaran sebaiknya merujuk kepada sumber-sumber ilmiah yang relevan agar solusi tersebut terjamin kesahihannya sehingga memperbesar peluang solusi itu akan berhasil menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Sumber-sumber ilmiah yang dirujuk seharusnya berupa hasil penelitian terbaru agar sesuai dengan tuntutan dan keadaan saat ini. Berbagai macam bentuk sumber ilmiah telah disajikan pada Bab 5.
Berbagai macam informasi yang diperoleh dari hasil penelusuran literatur yang relevan disesuaikan dengan hasil analisis terhadap permasalahan dan konteks pembelajaran agar diperoleh solusi yang benar-benar tepat. Hasil perbandingan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk keputusan seperti apa bentuk inovasi pembelajaran yang akan diterapkan. Pertimbangan dalam memilih, memilah, dan memutuskan bentuk-bentuk inovasi pembelajaran yang akan diterapkan harus juga mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diuraikan pada Bab 6. Keputusan yang diambil berupa penentuan komponen mana yang akan diperbaharui, apakah model pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana, lingkungan pembelajaran, atau kesemua komponen itu. Keputusan berikutnya adalah seperti apa bentuk pembaharuan pada komponen itu.
Untuk memutuskan solusi terbaik pemecahan masalah, model proses kreatif yang telah diuraikan pada bab 4 dapat digunakan. Pada model tersebut disajikan empat tahap proses kreatif yaitu preparasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Tahap preparasi sudah dilakukan pada langkah identifikasi masalah dan analisis konteks pembelajaran di atas. Sementara tahap inkubasi dapat diterapkan pada langkah ini. Setelah semua informasi yang relevan dikumpulkan, dipelajari, dan dipahami, langkah berikutnya adalah memikirkan semua informasi itu sampai frustasi.
Seandainya belum diperoleh solusi terbaik, semua informasi yang telah dikumpulkan dibiarkan mengendap terlebih dahulu di pikiran bawah sadar (tahap inkubasi). Sebaiknya masalah tersebut dilupakan sejenak untuk memberi kesempatan pikiran bawah sadar bekerja mengolah semua informasi itu. Apabila berlangsung lancar, proses inkubasi dapat memunculkan ide atau gagasan brilian yang dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran (tahap iluminasi). Gagasan yang muncul itu kemudian diperiksa kesesuaiannya dengan permasalahan dan konteks pembelajaran (tahap verifikasi). Kalau hasil verifikasi menunjukkan bahwa gagasan itu sudah sesuai, maka gagasan itu ditindaklanjuti dengan kegiatan perancangan pembelajaran inovatif.
Keputusan yang telah diambil pada tahap penentuan solusi pemecahan masalah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan cara merancang pembelajaran secara utuh sesuai dengan bentuk inovasi pembelajaran yang telah diputuskan. Kegiatan perancangan pembelajaran ini meliputi kegiatan perumusan tujuan-tujuan kinerja (kemampuan yang terukur), pengembangan instrumen penilaian, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan atau pemilihan bahan ajar, perancangan evaluasi formatif pembelajaran, dan perancangan evaluasi sumatif pembelajaran (Dick, Carey & Carey: 2005).
Setiap pelaksanaan pembelajaran pasti ingin mencapai sesuatu yang disebut dengan tujuan pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran harus dilakukan sebagai arah yang dituju dalam pembelajaran. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, tujuan pembelajaran diturunkan dari kompetensi dasar yang tercantum di dalam peraturan menteri pendidikan. Sementara pada jenjang pendidikan tinggi, tujuan pembelajaran diturunkan dari capaian pembelajaran yang tercantum di dalam kurikulum program studi. Capaian pembelajaran tersebut dapat dikembangkan oleh dosen sendiri, program studi, atau asosiasi program studi.
Perumusan tujuan pembelajaran
Rumusan tujuan pembelajaran harus terukur agar dapat diukur ketercapaiannya. Tujuan pembelajaran yang terukur paling tidak harus mengandung empat komponen yang sering disingkat dengan ABCD. Huruf A merupakan huruf awal dari kata audience. Audience yang dimaksudkan adalah orang yang hendak mencapai tujuan pembelajaran yaitu para pembelajar. Kalau di pendidikan dasar dan menengah, audiensnya adalah siswa. Sementara kalau di pendidikan tinggi, audiennya adalah mahasiswa. Selanjutnya huruf B merupakan singkatan dari kata behavior yang artinya perilaku. Perilaku di sini maksudnya adalah kemampuan atau kinerja apa yang harus dikuasai para pembelajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini mengandung kata kerja operasional (KKO) dan materi pelajaran. Misalnya “menentukan produk fotosintesis.”
Huruf C merupakan awalan dari kata condition. Dalam tujuan pembelajaran, kondisi adalah adalah keadaan yang diberikan kepada audien (A) agar ia mampu menunjukkan perilaku (B) yang diharapkan. Misalnya, pada contoh sebelumnya siswa (A) diharapkan mampu “menentukan produk fotosintesis” (B). Agar siswa mampu menunjukkan perilaku itu, sebaiknya diberikan kondisi yang membuatnya dapat menunjukkan perilaku tersebut, misalnya “ditunjukkan gambar tentang beberapa contoh komponen yang dihasilkan makhluk hidup seperti gula (glukosa), madu, dan lain sebagainya.” Gambar yang ditunjukkan inilah yang dimaksud dengan condition. Kalau ketiga komponen itu digabung, tujuan pembelajarannya menjadi “ditunjukkan gambar tentang beberapa contoh komponen yang dihasilkan makhluk hidup, siswa mampu menentukan produk fotosintesis.”
Terakhir, huruf D mewakili kata degree. Ada dua degree yang dapat dimunculkan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Degree kuantitatif berupa angka, misalnya satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Kalau tujuan di atas ditambahi dengan degree kuantitatif, maka tujuannya menjadi “ditunjukkan gambar tentang beberapa contoh komponen yang dihasilkan makhluk hidup, siswa mampu menentukan lima produk fotosintesis.” Kata “lima” di dalam rumusan tujuan tersebut merupakan contoh degree kuantitatif. Sementara degree (derajat) kualitatif tidak dinyatakan dengan angka atau berupa kualitas misalnya “secara efektif,” “secara rinci,” dan lain sebagainya. Contoh rumusan tujuan yang mengandung degree kualitatif adalah “diberikan beberapa kosakata, siswa mampu membuat beberapa kalimat secara efektif.” Frase “secara efektif” pada rumusan tujuan tersebut merupakan contoh degree (derajat) yang bersifat kualitatif.
Pengembangan instrumen penilaian
Ketercapaian tujuan pembelajaran hendaknya diukur dengan menggunakan instrumen penilaian yang valid. Pengembangan instrumen penilaian untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran merupakan langkah berikutnya dari perancangan pembelajaran inovatif. Tujuan pembelajaran yang harus diukur ketercapaiannya meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Instrumen penilaiannya pun harus meliputi ketiga macam aspek tersebut. Instrumen penilaian yang dikembangkan tentu disesuaikan dengan metode penilaiannya, apakah menggunakan tes atau non tes. Tes pum ada macamnya, seperti tes pilihan ganda, jawaban singkat, benar salah, essai tertutup, serta essai terbuka. Sementara netode non tes dapat berupa pengamatan, wawancara dan penilaian kinerja.
Pengembangan strategi pembelajaran inovatif
Langkah berikutnya dalam merancang pembelajaran inovatif adalah pengembangan strategi pembelajaran inovatif sesuai dengan solusi inovatif yang telah diputuskan pada tahap sebelumnya. Strategi pembelajaran meliputi model, metode, dan teknik pembelajaran. Inovasi pembelajaran yang diterapkan berkaitan dengan tiga hal tersebut. Bentuk inovasi pembelajaran yang diterapkan dapat berupa model pembelajarannya yang baru, metodenya, tekniknya, atau ketiga-tiganya. Aktivitas pembelajaran dituangkan di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan dibantu dengan lembar kerja untuk pembelajar atau sering pula disebut dengan istilah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Pengembangan RPP dan LKPD harus disesuaikan dengan bentuk inovasi pembelajaran yang hendak diterapkan.
Di dalam RPP memuat langkah-langkah pembelajaran dari awal sampai dengan selesai. Paling tidak ada tiga kegiatan utama pembelajaran di dalam RPP yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan berisi motivasi dan appersepsi untuk menarik perhatian para pembelajar. Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajarannya yang di dalamnya biasanya mencerminkan tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Metode-metode dan teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran juga tercermin di dalam kegiatan inti. Kegiatan penutup berisi evaluasi, refleksi, dan tindak lanjut.
LKPD merupakan komponen pelengkap RPP yang harus disesuaikan dengan model, metode, dan teknik pembelajaran yang ada di dalam RPP. LKPD dapat memudahkan pelaksanaan pembelajaran karena dapat mempermudah terjadinya interaksi yang aktif dan efektif antara para pembelajar dengan sumber belajar. Berdasarkan strukturnya, LKPD dapat dikategorikan menjadi dua yaitu LKPD tidak berstruktur dan LKPD berstruktur (Irawan, 2019). LKPD tak berstruktur adalah LKP yang berisi materi pembelajaran namun sedikit mengandung petunjuk. Sementara LKPD berstruktur merupakan LKP yang memuat informasi, contoh, petunjuk, dan langkah kerja aktif dan mandiri.
Sementara itu, berdasarkan tujuannya, LKPD dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu LKPD Eksploratif, LKPD Eksperimental, dan LKPD Latihan Psikomotorik (Irawan, 2019). LKPD Eksploratif memuat petunjuk dan langkah kerja yang disusun secara sistematis dan terstruktur untuk memandu para pembelajar menggali, mencari, dan menemukan pengetahuan tertentu. LKPD Eksperimental memuat petunjuk dan langkah kerja yang disusun secara sistematis dan terstruktur untuk memandu para pembelajar melakukan kegiatan eksperimen atau praktikum tertentu. LKPD Latihan Psikomotorik memuat petunjuk dan langkah kerja yang disusun secara sistematis dan terstruktur untuk memandu para pembelajar melakukan keterampilan tertentu.
LKPD pun dapat dijadikan sebagai produk inovasi pembelajaran. Jenis dan sifat LKPD dapat diperbaharui melalui kegiatan inovasi pembelajaran. LKPD dapat mengandung keterbaruan pada aspek isinya, sistematikanya, maupun cara penyajiannya. Selama ini tenaga pengajar, misalnya, hanya menggunakan LKPD tak berstruktur LKPD tersebut dapat diperbaharui dengan cara mengembangkan dan menerapkan LKPD berstruktur. Guru atau dosen dapat mengembangkan LKPD eksploratif yang dapat mendorong para pembelajar belajar lebih aktif dan mandiri.
Pengembangan dan pemilihan bahan ajar
Langkah berikutnya dalam merancang pembelajaran inovatif adalah pengembangan dan pemilihan bahan ajar. Kegiatan ini juga harus disesuaikan dengan inovasi pembelajaran yang telah ditetapkan. Bahan ajar yang dikembangkan harus disesuaikan dengan gagasan inovatif yang ingin dterapkan. Bahan ajar harus sesuai sekaligus mendukung perangkat pembelajaran lainnya. Inovasi juga dapat diterapkan pada bahan ajar yang berupa pembaharuan informasi di dalam bahan ajar yang sudah tersedia selama ini, atau pengorganisasian kembali informasi tersebut, atau pengubahan bentuk penyajian informasi tersebut.
Pengembangan dan pemilihan media pembelajaran
Tenaga pengajar dapat menggunakan media pembelajaran untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana atau perantara yang memudahkan atau melancarkan interaksi atau komunikasi antara pengajar dengan pembelajar, antar para pembelajar serta antara pembelajar dengan sumber belajar. Jenis atau bentuk media pembelajaran yang dikembangkan tentu harus disesuaikan dengan bentuk inovasi pembelajaran yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya.
Media pembelajaran ini pun dapat menjadi komponen atau bagian yang diperbaharui. Media pembelajaran merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran. Apabila selama ini para pengajar terbiasa menggunakan media konvensional seperti gambar cetak, maka dapat diperbaharui dengan menggunakan media elektronik seperti power point yang ditayangkan pada proyektor. Bentuk media seperti apa yang dipilih dan digunakan tentu harus disesuaikan dengan model, metode, dan materi pelajaran yang dibelajarkan.
Dalam bagan siklus inovasi pembelajaran yang telah ditampilkan di atas terdapat kegiatan observasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data tentang proses pelaksanaan pembelajaran inovatif. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan inovasi pembelajaran, segala informasi atau data tentang pelaksanaan pembelajaran tersebut perlu dikumpulkan. Data itu nanti dijadikan bahan untuk evaluasi dan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Pengumpulan data pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpul data. Beberapa instrumen yang dapat digunakan adalah lembar observasi dan catatan lapangan.
Lembar observasi
Pengembangan lembar observasi harus disesuaikan dengan aktivitas pembelajaran, seperti apa aktivitas yang dilakukan oleh pengajar dan seperti apa aktivitas yang dilakukan oleh para pembelajar. Lembar observasi ini dapat digunakan untuk mengetahui dan mengonfirmasi apakah aktivitas pembelajaran yang telah direncanakan terlaksana atau tidak selama pelaksanaan pembelajaran. Selain itu pada lembar observasi dapat juga dilengkapi dengan keterangan kualitas pelaksanaan aktivitas itu apakah termasuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang. Untuk membantu dalam menentukan kategori tersebut, lembar observasi sebaiknya dilengkapi rubrik yang berisi tentang deskripsi masing-masing kategori itu.
Berdasarkan sifat isiannya, lembar observasi dapat bersifat tertutup dan terbuka. Lembar observasi tertutup adalah lembar observasi yang isiannya sudah tersedia berupa pilihan-pilihan yang tinggal dipilih oleh pengamat ketika mengisi lembar observasi tersebut. Pilihan isian itu misalnya “iya” dan “tidak,” “ada” dan “tidak ada,” atau “terlaksana” dan “tidak terlaksana.” Sementara lembar observasi terbuka tidak menyediakan pilihan isian seperti itu. Isi lembar observasi disesuaikan dengan apa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pada lembar observasi hanya disediakan ruang kosong untuk mencatat kejadian-kejadian itu.
Berdasarkan subjek yang diobservasi, ada macam lembar observasi yaitu lembar observasi tenaga pengajar (guru atau dosen) dan lembar observasi pembelajar (siswa atau mahasiswa). Sesuai dengan namanya, lembar observasi tenaga pengajar digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan tenaga pengajar selama proses pembelajaran berlangsung. Begitu juga dengan lembar observasi pembelajar digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan para pembelajar selama mereka mengikuti proses pembelajaran.
Jurnal lapangan
Selain lembar observasi, instrumen pengumpulan data proses pembelajaran juga dapat berupa jurnal lapangan. Jurnal lapangan adalah buku tempat mencatat hal-hal penting yang ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal penting ini terutama yang tidak tercantum di dalam lembar observasi, terutama observasi tertutup. Jurnal merupakan instrumen pelengkap yang dapat digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak termuat di dalam lembar observasi. Kadangkala dalam proses pembelajaran terjadi hal-hal yang tidak terduga yang tidak sesuai dengan rencana. Hal-hal tidak terduga inilah yang dapat dicatat di dalam jurnal lapangan. Sementara hal-hal yang sudah direncanakan dapat diisikan pada lembar observasi. Dengan adanya jurnal lapangan, keseluruhan proses pembelajaran dapat direkam secara lebih lengkap, akurat, dan objektif.
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran merupakan tindak lanjut dari kegiatan perencanaan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahap ini inovator pembelajaran tinggal melaksanakan semua perencanaan pembelajaran yang telah dibuat di lingkungan sebenarnya. Aktivitas pembelajaran yang telah direncanakan harus dilaksanakan secara lengkap dan tepat. Tahap-tahap pembelajaran harus dilaksanakan sesuai dengan model pembelajaran yang telah dirancang. Metode dan teknik yang digunakan juga harus sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Begitu juga perangkat pendukung lainnya seperti lembar kerja dan media pembelajaran juga harus digunakan sesuai dengan rencana sebelumnya.
Intinya, pembelajaran harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Namun seandainya terdapat bagian perencanaan yang tidak dapat dilaksanakan, boleh saja dilakukan perubahan, penyesuaian atau modifikasi untuk menggantikannya. Perubahan atau penyesuaian itu sebaiknya dicatat di jurnal lapangan untuk dijadikan bahan evaluasi dan refleksi setelah pelaksanaan pembelajaran nanti.
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan pengumpulan data tentang pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pengumpulan data dilakukan denngan menggunakan metode observasi. Observasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan pembelajaran. Data ini penting untuk mengetahui sejauhmana penerapan produk inovasi pembelajaran berhasil dilaksanakan. Data hasil observasi ini dapat digunakan untuk melakukan refleksi pada tahap berikutnya.
Kegiatan observasi sebaiknya dilakukan oleh pihak lain yang bertindak sebagai pengamat (observer). Objektivitas hasil observasi dapat ditingkatkan dengan memperbanyak jumlah observer. Pada penelitian tindakan kelas umumnya melibatkan dua orang observer atau lebih. Untuk meningkatkan validitas hasil observasi, para pengamat perlu diberi pengarahan dan penyamaan persepsi sebelum observasi dilakukan. Penyamaan persepsi sangat dibutuhkan untuk aspek-aspek pengamatan yang mungkin dapat dipengaruhi oleh subjektivitas pengamat. Aspek itu misalnya tentang kualitas penggunaan media, apakah sangat baik, baik, cukup baik, atau kurang baik. Pemilihan kategori itu bersifat subjektif apabila tidak ada petunjuk yang jelas dan penyamaan persepsi terlebih dahulu. Hasil kegiatan observasi dicatat di lembar obervasi dan jurnal lapangan yang telah disediakan.
Pada kondisi khusus, observasi juga dapat dilakukan oleh tenaga pengajar sendiri. Apabila mengalami kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran sekaligus melakukan observasi, tenaga pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti alat perekam video atau suara. Alat perekam tersebut dapat membantu tenaga mengajar mengumpulkan data tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang berada di luar jangkauan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman tersebut dapat diperiksa dan dianalisis lebih lanjut setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Data hasil analisis itulah yang kemudian dievaluasi dan direfleksi.
Evalausi adalah kegiatan pengukuran, penilaian dan pengambilan keputusan tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan terhadap proses sekaligus hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran adalah kegiatan pengukuran, penilaian dan pengambilan keputusan tentang sejauh mana proses pembelajaran telah berhasil dilaksanakan. Evaluasi hasil pembelajaran adalah kegiatan pengukuran, penilaian dan pengambilan keputusan tentang sejauhmana tujuan pembelajaran berhasil dicapai. Kedua evaluasi ini sama pentingnya untuk mengeathui sejauh mana inovasi pembelajaran berhasil diterapkan. Kedua macam evaluasi ini sangat penting sebagai bahan untuk melakukan refleksi.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan dengan menganalisis data yang dikumpulkan selama proses pembelajaran lalu membandingkannya dengan kriteria atau standar proses yang telah ditetapkan. Aspek yang dianalisis terutama aktivitas tenaga pengajar dan aktivitas para pembelajar selama proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi juga dilakukan terhadap penerapan model, metode, atau teknik pembelajaran. Penggunaan bahan ajar, media pembelajaran, serta komponen pembelajaran lainnya juga perlu dievaluasi. Hasil evaluasi ini sangat dibutuhkan pada waktu refleksi untuk mengetahui kelebihan, keunggulan, kekurangan, kelemahan, serta kendala yang muncul selama pelaksanaan pembelajaran.
Sementara itu, evaluasi hasil pembelajaran berupa pengukuran terhadap capaian pembelajaran yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil pembelajaran aspek kognitif diukur dengan teknik tes maupun non tes. Aspek sikap diukur dengan menggunakan skala sikap atau angket. Sementara itu hasil pembelajaran aspek psikomotorik dapat diukur dengan menggunakan metode penilaian kinerja. Pengukuran terhadap ketiga aspek hasil belajar tersebut dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan pada waktu perencanaan pembelajaran. Hasil penilaian ketiga aspek tersebut menjadi dasar untuk menentukan keberhasilan penerapan inovasi pembelajaran.
Hasil evalausi pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran inovatif. Refleksi pembelajaran adalah kegiatan memikirkan kembali secara mendalam aktivitas yang telah dilakukan pada proses pembelajaran sebelumnya. Dari hasil refleksi dapat diidentifikasi keberhasilan, keunggulan, kelebihan, kekurangan, kelemahan, kendala, serta permasalahan yang ditemui selama proses pelaksanaan pembelajaran itu. Refleksi pembelajaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan produk inovasi pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, refleksi pembelajaran juga dibutuhkan untuk mengetahui bagian-bagian yang belum sesuai harapan. Hasil refleksi inilah yang kemudian dapat digunakan untuk merencanakan perbaikan-perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang berkelanjutan, sama seperti siklus inovasi pembelajaran itu sendiri. Setiap kali aktivitas pembelajaran selesai dilaksanakan, sebaiknya diikuti dengan kegiatan refleksi untuk mengetahui kekurangan aktivitas pembelajaran tersebut. Kekurangan itu kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan modifikasi rencana pembelajaran berikutnya. Agar aktivitas pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik, sebaiknya dikembangkan perspektif baru yang berbeda dengan pembelajaran sebelumnya. Semakin sering melakukan refleksi, semakin berkembang wawasan para tenaga pengajar sehingga alur proses refleksi dapat digambarkan sebagai suatu spiral yang semakin lama semakin membesar, yang artinya kemampuan dan wawasan tenaga pengajar semakin luas.
kendala, masalah, kelemahan, atau kekurangan yang muncul pada pembelajaran sebelumnya ditindaklanjuti dengan cara memperbaiki pembelajaran berikutnya. Karena kegiatan inovasi pembelajaran dapat dilakukan secara bersiklus, upaya perbaikan itu tentu dilakukan pada siklus berikutnya. Perbaikan itu dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaannya. Pada tahap perencanaan dapat dicari lagi bentuk inovasi pembelajaran lainnya yang kemungkinan besar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada siklus berikutnya. Dengan begitu, peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat terus dilakukan secara berkelanjutan.